Jumat, 10 Juni 2011

beda

pelangi mejikuhibiniu


warna merah doang

Pelangi terdiri dari 7 macam warna Yang berbeda. Yang satunya cuma warna merah aja, atau mau warna lain boleh juga.terserah.
Bandingin, lebih bagus yang pelangi kan,

Lebih bagus yang berbeda warna sama yang cuma satu warna.

Sama kayak kehidupan kita, coba bayangin kalo makanan yang bisa dimakan Cuma nasi, atau beras (nasi yang masih mentah,tau kan?), monoton kan.bosen.itu itu aja.

Sama kaya manusia juga, ada yang suka musik jenis ini atau itu,ada yang suka foya foya atau hemat, ada yang suka nonton film hollywood atau film yang bukan hollywood, ada yang punya pemikiran kaya soekarno atau pemikiran kaya sule ovj.dan masih banyak perbedaan lainnya. Pasti mereka punya alasan masing masing kenapa milih ini atau itu.

Beda tu anugrah men, gak usah dipermasalahin (edaaaan bahaha ahahah)

Jumat, 27 Mei 2011

Wawancara juara 3

Temen kita si marine kenzi martasuganda, juara 3 di lomba Kompasiana-Telkomsel Kompetisi Blog Paling Indonesia. Selamat rin, semoga kita ditraktir wahahaha


gw iseng2 wawancara si doi,berikut wawancaranya :

a : amir

m : marine

a : lu ngapain ikut lomba gituan rin?

m: gw pengen orang orang bisa ngeliat tulisan gw sama pengalaman gw juga (sambil ngeliat muka gw)

a : oh………




belom, belom selese

a : terus gmn perasaan lu jadi juara 1, eh juara 3?haha

m: wiiih bangga lah mir, ga usah munafik, bangga gw.seneng (sambil senyum2)

a: terus hadiahnya apan?

m: galaxy tab.

a: mau lu apain?

m : gw juga gatau mir, kalo harganya tinggi gw jual mir (sambil ngerokok)

a : galaxy tab gak anti air rin,

m : (lupa gw dia ngomong apa)

a : iya bener, terus ada gak seseorang yang pengen lu pamerin kalo lu juara?

m : pertanyaannya menjebak ni mir

a : jadi gimane?

m : rahasia hahahaha (sambil twitteran, liat timeline sendiri)

a : terus ada tips gak buat kita2 biar juara?

m : jalan kaki, terus apa yaa?, peka sama lingkungan (sambil liat2 profil fb sendiri)

a : jalan kaki doang?kalo berenang2 gt di muara angke?

m : sebelum ke laut pasti jalan kaki dulu (sambil twitteran,terus nge search marine kenzi)

a : kalo dari segi penulisan?

m : aduh gw belom profesional masalah gituan.Astaghfirullah gituan ngapain

a: traktir gw kapan?

m : gw traktir dengan rangkaian kata aja

a : ta*i lu hahaha

m : kecuali kalo hadiahnya 10 juta mir, bolehlah gw sisihin 1 juta buat anak2 (sambil twitteran,lagi lagi liat timeline sendiri)

a : yah, yaudah.terus abis juara lu mau ngapain?nulis buku, ikut menyemen gedung atau ngapain?haha

m : kalo nulis buku mah obsesi dari awal itu (sambil ngelap ingus dan air mata)

a : MU barca menang mana ?

b : MU lah.

a : mau gak lo jadi ketua PSSI? (lg nonton tv,ngebahas PSSI tv nya)

b : kagak kagak.haha

a : gw edit2 dikit gak papa wawancaranya?

m : gapapalah

a : sip haha

m : oiya, yang wawancara gw ngomongnya gak irit lagi.tumben hahaha (sambil nge klikkanan mouse,terus open link in new tab)

a : tenkyu rin, perhatian banget sama gw hahahah

m : hahaha

Kira kira begitulah wawancaranya.sekali lagi selamet rin.

Sabtu, 07 Mei 2011

Keproduktifan ekosistem terumbu karang

lanjut..
ekosistem ini merupakan ekosistem yang paling produktif, karena ekosistem ini tidak konsumtif dan tidak neko neko dan penuh keabsurdan dan punya nilai jual yang tinggi dan tidak banyak omong dan saya pun mulai ngaco.maaf

mulai lagi
kenapa produktif? karena bisa menghasilkan uang yang banyak, salah satu contoh kasusnya adalah film finding nemo, berapa uang yang dihasilkan dari film itu? cari aja sendiri. Film finding nemo merupakan film yang udah pada nonton kan? jadi gak usah diceritain lagi berarti.

cuplikan film finding nemo

terus apa hubungannya film ini sama ke produktifan terumbu karang?

Finding nemo mengambil latar belakang tempat di dalam kolom air laut tepatnya di ekosistem terumbu karang, nah dengan memadukan imajinasi dari si film maker dan terumbu karang jadilah film itu. Dan film itu akhirnya meraup keuntungan yang banyak.
ngerti gak hubungannya? kalo ga ngerti baca ulang lagi.hehe


Di Indonesia sudah banyak terumbu karang yang rusak, dan masih sebagian yang sangat bagus untuk dikunjungi dan dimanfaatkan.

Dengan sangat bermanfaatnya ekosistem ini, marilah kita jaga keberlangsungannya.


Terima kasih atas perhatiannya dan diharapkan kesadarannya untuk sama sama menjaga terumbu karang.



Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Minggu, 28 November 2010

Ekosistem di pesisir dan laut (1)

Untuk pertama,ekosistem mangrove dulu.

1. Ekosistem Mangrove di Indonesia
Hutan mangrove adalah sebutan untuk sekelompok tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut pantai. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan payau. Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau. Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan mangrove. Istilah 'mangrove' digunakan sebagai pengganti istilah bakau untuk menghindarkan kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang terdiri atas pohon bakau Rhizophora spp. Karena bukan hanya pohon bakau yang tumbuh di sana. Selain bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang hidup di dalamnya.

CIRI-CIRI EKOSISTEM MANGROVE
Ciri-ciri terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik, adalah :
  • memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;
  • memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.;
  • memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora;
  • memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.
Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri khusus, diantaranya adalah :
  • tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada saat pasang pertama;
  • tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;
  • daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
  • airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2 - 22 o/oo) hingga asin.
PENYEBARAN MANGROVE
Berbagai laporan dan publikasi ilmiah menunjukkan bahwa hutan mangrove ditemukan hampir disetiap propinsi di Indonesia. Walaupun di daerah pantai Propinsi D.I. Yogyakarta dilaporkan beberapa jenis vegetasi mangrove tumbuh, namun mungkin karena luasan yang kecil atau karena tidak membentuk tegakan yang kompak sehingga tidak dikategorikan sebagai hutan, maka luasan hutan mangrove di Propinsi D.I. Yogyakarta tersebut sampai saat ini belum dilaporkan. Meskipun secara umum lokasi mangrove diketahui, namun terdapat variasi yang nyata dari luas total hutan mangrove Indonesia, yakni berkisar antara 2,5 juta – 4,25 juta ha. Beranjak dari perkiraan luas hutan mangrove yang berstatus kawasan hutan di Indonesia pada tahun 1993 seluas 3.765.250 ha, total luas areal berhutan mangrove berkurang sekitar 1,3 % dalam kurun waktu 6 tahun (1993 sampai 1999). Angka penurunan luas hutan mangrove dalam kurun waktu antara tahun 1993 – 1999 ini jauh lebih kecil dibandingkan dalam kurun waktu 1982 – 1983. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan Kusmana (1995) diketahui bahwa dalam kurun waktu antara tahun 1982 – 1993 (11 tahun), luas hutan mangrove turun sebesar 11,3 % (4,25 juta ha pada tahun 1982 menjadi 3,7 juta ha pada tahun 1993) atau 1 % per tahun.

Ditjen RLPS, Departemen Kehutanan pada tahun 1999/2000 menginformasikan bahwa potensi mangrove di Indonesia adalah 9,2 juta ha, dan 5,3 juta ha di antaranya atau sekitar 57,6 % dari luas hutan mangrove di Indonesia dalam kondisi rusak, dimana sebagian besar, yakni sekitar 69,8 % atau 3,7 juta ha terdapat di luar kawasan hutan dan sisanya sekitar 30,2 % atau 1,6 juta ha terdapat di dalam kawasan hutan. Sedangkan rehabilitasi hutan mangrove melalui pembangunan plot-plot percontohan penanaman mangrove yang sudah dilaksanakan oleh Ditjen RLPS sampai tahun 2001 hanya sekitar 21.130 ha.

CIRI-CIRI FISIK YANG PENTING HABITAT HUTAN MANGROVE
Hutan mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar. Hal ini terlihat pada jenis Bruguiera sexangula, Bruguiera gymnorrhiza, dan Sonneratia caseolaris yang tumbuh, berbuah dan berkecambah di Kebun Raya Bogor dan hadirnya mangrove di sepanjang tepian sungai Kapuas, sampai ke pedalaman sejauh lebih 200 km, di Kalimantan Barat. Mangrove juga berbeda dari hutan darat, dalam hal ini jenis-jenis mangrove tertentu tumbuh menggerombol di tempat yang sangat luas. Disamping Rhizophora spp., jenis penyusun utama mangrove lainnya dapat tumbuh secara "coppice”. Asosiasi hutan mangrove selain terdiri dari sejumlah jenis yang toleran terhadap air asin dan lingkungan lumpur, bahkan juga dapat berasosiasi dengan hutan air payau di bagian hulunya yang hampir seluruhnya terdiri atas tegakan nipah Nypa fruticans.

FLORA MANGROVE
Flora mangrove terdiri atas pohon, epipit, liana, alga, bakteri dan fungi. Menurut Hutching dan Saenger (1987) telah diketahui lebih dari 20 famili flora mangrove dunia yang terdiri dari 30 genus dan lebih kurang 80 spesies. Sedangkan jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan di hutan mangrove Indonesia adalah sekitar 89 jenis, yang terdiri atas 35 jenis pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit dan 2 jenis parasit (Soemodihardjo et al, 1993).

Tomlinson (1986) membagi flora mangrove menjadi tiga kelompok, yakni :
  • Flora mangrove mayor (flora mangrove sebenarnya), yakni flora yang menunjukkan kesetiaan terhadap habitat mangrove, berkemampuan membentuk tegakan murni dan secara dominan mencirikan struktur komunitas, secara morfologi mempunyai bentuk-bentuk adaptif khusus (bentuk akar dan viviparitas) terhadap lingkungan mangrove, dan mempunyai mekanisme fisiologis dalam mengontrol garam. Contohnya adalah Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Kandelia, Sonneratia, Lumnitzera, Laguncularia dan Nypa.
  • Flora mangrove minor, yakni flora mangrove yang tidak mampu membentuk tegakan murni, sehingga secara morfologis tidak berperan dominan dalam struktur komunitas, contoh : Excoecaria, Xylocarpus, Heritiera, Aegiceras. Aegialitis, Acrostichum, Camptostemon, Scyphiphora, Pemphis, Osbornia dan Pelliciera.
  • Asosiasi mangrove, contohnya adalah Cerbera, Acanthus, Derris, Hibiscus, Calamus, dan lain-lain.
Flora mangrove umumnya di lapangan tumbuh membentuk zonasi mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman daratan. Zonasi di hutan mangrove mencerminkan tanggapan ekofisiologis tumbuhan mangrove terhadap gradasi lingkungan. Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana (satu zonasi, zonasi campuran) dan zonasi yang kompleks (beberapa zonasi) tergantung pada kondisi lingkungan mangrove yang bersangkutan. Beberapa faktor lingkungan yang penting dalam mengontrol zonasi adalah :
  • Pasang surut yang secara tidak langsung mengontrol dalamnya muka air (water table) dan salinitas air dan tanah. Secara langsung arus pasang surut dapat menyebabkan kerusakan terhadap anakan.
  • Tipe tanah yang secara tidak langsung menentukan tingkat aerasi tanah, tingginya muka air dan drainase.
  • Kadar garam tanah dan air yang berkaitan dengan toleransi spesies terhadap kadar garam.
  • Cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anakan dari species intoleran seperti Rhizophora, Avicennia dan Sonneratia.
  • Pasokan dan aliran air tawar
FAUNA MANGROVE
Ekosistem mangrove merupakan habitat bagi berbagai fauna, baik fauna khas mangrove maupun fauna yang berasosiasi dengan mangrove. Berbagai fauna tersebut menjadikan mangrove sebagai tempat tinggal, mencari makan, bermain atau tempat berkembang biak.
Penelitian mengenai fauna mangrove di Indonesia masih terbatas, baik di bidang kajiannya maupun lokasinya. Sampai saat ini, beberapa hasil penelitian yang telah dipublikasikan mengenai fauna yang berasosiasi khusus dengan hutan mangrove mengambil lokasi di Pulau Jawa (Teluk Jakarta, Tanjung Karawang, Segara Anakan – Cilacap, Segara Anak – Jawa Timur, Pulau Rambut, Sulawesi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, Ambon, Sumatera (Lampung, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara), dan Kalimantan Barat. Fauna mangrove hampir mewakili semua phylum, meliputi protozoa sederhana sampai burung, reptilia dan mamalia. Secara garis besar fauna mangrove dapat dibedakan atas fauna darat (terrestrial), fauna air tawar dan fauna laut. Fauna darat, misalnya kera ekor panjang (Macaca spp.), Biawak (Varanus salvator), berbagai jenis burung, dan lain-lain. Sedangkan fauna laut didominasi oleh Mollusca dan Crustaceae. Golongan Mollusca umunya didominasi oleh Gastropoda, sedangkan golongan Crustaceae didominasi oleh Bracyura. Para peneliti melaporkan bahwa fauna laut tersebut merupakan komponen utama fauna hutan mangrove.

MANFAAT DAN FUNGSI MANGROVE

Secara Fisik
  • Penahan abrasi pantai.
  • Penahan intrusi (peresapan) air laut.
  • Penahan angin.
  • Menurunkan kandungan gas karbon dioksida (CO2) di udara, dan bahan-bahan pencemar di perairan rawa pantai.
Secara Biologi
  • Tempat hidup (berlindung, mencari makan, pemijahan dan asuhan) biota laut seperti ikan dan udang).
  • Sumber bahan organik sebagai sumber pakan konsumen pertama (pakan cacing, kepiting dan golongan kerang/keong), yang selanjutnya menjadi sumber makanan bagi konsumen di atasnya dalam siklus rantai makanan dalam suatu ekosistem.
  • Tempat hidup berbagai satwa liar, seperti monyet, buaya muara, biawak dan burung.
Secara Sosial Ekonomi
  • Tempat kegiatan wisata alam (rekreasi, pendidikan dan penelitian).
  • Penghasil kayu untuk kayu bangunan, kayu bakar, arang dan bahan baku kertas, serta daun nipah untuk pembuatan atap rumah.
  • Penghasil tannin untuk pembuatan tinta, plastik, lem, pengawet net dan penyamakan kulit.
  • Penghasil bahan pangan (ikan/udang/kepiting, dan gula nira nipah), dan obat-obatan (daun Bruguiera sexangula untuk obat penghambat tumor, Ceriops tagal dan Xylocarpus mollucensis untuk obat sakit gigi, dan lain-lain).
  • Tempat sumber mata pencaharian masyarakat nelayan tangkap dan petambak., dan pengrajin atap dan gula nipah.
UPAYA PELESTARIAN MANGROVE
Bentuk tekanan terhadap kawasan mangrove yang paling besar adalah pengalih-fungsian (konversi) lahan mangrove menjadi tambak udang/ikan, sekaligus pemanfaatan kayunya untuk diperdagangkan. Selain itu, juga tumbuhnya berbagai konflik akibat berbagai kepentingan antar lintas instansi sektoral maupun antar lintas wilayah administratif.
Secara ideal, pemanfaatan kawasan mangrove harus mempertimbangkan kebutuhan masyarakat tetapi tidak sampai mengakibatkan kerusakan terhadap keberadaan mangrove. Selain itu, yang menjadi pertimbangan paling mendasar adalah pengembangan kegiatan yang menguntungkan bagi masyarakat dengan tetap mempertimbangkan kelestarian fungsi mangrove secara ekologis (fisik-kimia dan biologis). Perlu juga mengembangkan matapencaharian alternatif bagi masyarakat sekitar mangrove dengan mengandalkan bahan baku non-kayu dan diversifikasi bahan baku industri kehutanan dan arang seperti yang terjadi di Nipah Panjang, Batu Ampar, Pontianak. Masyarakat merubah pola konsumsi bahan bakar dari minyak tanah dan arang bakau menjadi arang leban dan tempurung kelapa dan menggunakan tungku hemat energi atau anglo.


Sumber
http://www.imred.org/?q=content/ekosistem-mangrove-di-indonesia

Jumat, 04 Juni 2010

BUDIDAYA LAUT

Apa yang dimaksud dengan budidaya laut?

Budidaya laut adalah upaya manusia untuk meningkatkan produksi organisme laut ekonomis dengan memanipulasi laju pertumbuhan, mortalitas dan reproduksi.

Bagaimana awal mulanya Budidaya Laut?

Budidaya laut mempunyai sejarah yang panjang sejak 2.000 tahun sebelum Masehi ketika orang di Jepang memulai pemeliharaan tiram laut (oyster). Awal budidaya laut atau marikultur di Indonesia ditandai dengan adanya keberhasilan budidaya mutiara oleh perusahaan Jepang pada tahun 1928 di Buton- Sulawesi Tenggara. Selanjutnya, awal tahun 1970-an dilakukan percobaan dan pengembangan budidaya rumput laut (Euchema sp.) di Pulau Samaringa-Sulawesi Tengah, dengan adanya kerjasama antara Lembaga Penelitian Perikanan Laut dan perusaan Denmark. Sementara itu, awal tahun 1980-an banyak pengusaha ekspor ikan kerapu hidup di Kepulauan Riau membuat karamba jaring tancap serta karamba jaring apung sebagai tempat penampungan ikan kerapu hidup hasil tangkapan sebelum di ekspor ke Singapura dan Hongkong. Adapun perkembangan budidaya laut khususnya dalam karamba jaring apung (KJA) dipicu oleh keberhasilan pembenihan ikan bandeng dan ikan kerapu di hatchery secara massal pada tahun 1990-an di Loka Penelitian Budidaya Pantai di Gondol Bali.

Mengapa Budidaya laut ada?

Budidaya Laut memiliki tujuan utama yaitu untuk mengefesienkan dan mengefektifkan waktu dalam menghasilkan organisme laut. Disamping itu budidaya laut juga berguna untuk mencegah ketidakseimbangan ekosistem laut, mengurangi penangkapan ikan secara berlebihan (overfishing), menjaga kelestarian ekosistem laut, menciptakan usaha dan lapangan kerja yang baru.

Apa saja jenis – jenis konstruksi dalam budidaya laut ?

● Keramba Jaring Tancap (KJT) Jaring tancap merupakan jaring kantong berbentuk persegi yang dipasang pada kerangka bambu atau kayu yang ditancap pada dasar perairan. Pasangan kayu / bambu ditancap rapat, seperti pagar, atau hanya dipasang di bagian sudut kantong jaring. Biasanya dipasang di kolong bagian bawah rumah nelayan di pinggir pantai atau dipasang di tengah laut pada kedalaman 2-8 meter waktu surut terendah.

● Keramba Jaring Apung (KJA) Keramba jaring apung yaitu berupa jaring yang konstruksinya berada mengapung di atas air laut dengan jaring berada dibawahnya dengan bahan jaring menggunakan bahan polietilen. Bentuk dan ukuran bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran ikan serta kedalaman perairan.

Ruang lingkup apa saja yang terdapat dalam budidaya laut ?

Ruang lingkup yang terdapat pada budidaya laut yaitu :

● Aspek oseanografi Fisika (Gelombang, arus, pasut)

● Aspek oseanografi Kimia (Suhu, pH, salinitas, mineral anorganik)

● Aspek oseanografi Biologi (sebaran nutrien)

● Aspek sosial – ekonomi (pemberdayaan ke masyarakat pesisir/petani, pengelolaan produksi, management pemasaran)

● Management lingkungan

Proses Kegiatan Budidaya


1. Pre budidaya

Segala hal yang harus disiapkan sebelum memulai budidaya :

a. Permodalan

b. Penentuan lokasi : Ketepatan pemilihan lokasi adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha budidaya ikan laut. Karena laut yang dimanfaatkan sebagai lahan budidaya merupakan wilayah yang penggunaannya melibatkan sector lain (Common property) seperti; perhubungan, pariwisata, dan lain-lain, maka perhatian terhadap persyaratan lokasi tidak hanya terbatas pada faktor-faktor yang berkaitan dengan kelayakan teknis budidaya melainkan juga factor kebijaksanaan pemanfaatannya dalam kaitan dengan kepentingan lintas sektor.

c. Jenis organisme yang akan di budidaya : Jenis-jenis organisme yang dapat dibudidayakan dipilih berdasarkan potensi sumber daya yang ada, organisme yang sudah umum dibudidayakan serta teknologinya yang sudah dikuasai/dihasilkan sendiri di Indonesia, guna untuk menghindari resiko kegagalan yang besar.

d. Persiapan sarana budidaya : menggunakan KJA atau KJT.

e. Persiapan Sumber Daya Manusia dan teknik budidaya.

2. Budidaya

Hal hal yang dilakukan ketika budidaya :

a. Pembenihan : Pemenuhan kebutuhan benih apabila belum dapat dipenuhi dari hasil pembenihan yang ada, bisa dilakukan dengan cara menangkap dari perairan di sekitar lokasi budidaya dan untuk itu dapat digunakan alat tangkap seperti bubu, pukat pantai, sudu atau jala. Benih alam umumnya memiliki ukuran yang tidak seragam oleh karena itu kegiatan penggolongan ukuran (grading) perlu dilakukan. Selain itu proses aklimatisasi/penyesuaian iklim sebelum ikan dibudidayakan perlu dilakukan untuk menghindarkan kematian akibat pengaruh lingkungan/habitat yang baru.

b. Pendederan : Yang dimaksud dengan pendederan adalah kegiatan pemeliharaan benih sampai uuran tertentu hingga siap untuk dipelihara dikurungan pembesaran. Lamanya pendederan tergantung dari ukuran awal, tingkat kepadatan dari benih yang dipelihara. Sebagai contoh, untuk benih ikan Kakap putih yang berukuran kurang dari 10 cm dengan padat penebaran 100-150 cm diperlukan waktu satu bulan pada kurungan pendederan yang memiliki lebar mata8 mm (5/16 inch). Selanjutnya dipindahkan ke kurungan pendederan yang memiliki lebar mata 25 mm (1 Inch) dengan kepadatan 40-60 ek/m2 selama 2-3 bulan. ( ini untuk ikan)

c. Pembesaran : Benih ikan yang sudah mencapai ukuran 50-75 gram/ekor dengan panjang 15 cm atau lebih dari hasil pendederan, selanjutnya dipelihara dalam kurungan pembesaran yang memiliki lebar mata jaring 25-50 mm (1-2 inchi) dengan kepadatan 15-25 ek/m3 dan waktu pemeliharaan dikurungan pembesaran berkisar antara 6-8 bulan. (ini untuk ikan)

d. Pemberian pakan : Pakan adalah salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan dan moralitas ikan yang dipelihara. Oleh kjarena itu masalah kuantitas dan kualitas dari pakan yang diberikan layak dipenuhi.

e. Pengendalian hama dan penyakit : Sejalan dengan perkembangan usaha budidaya ikan di laut, muncul pula beberapa masalah yang dapat menggangu bahkan menghambat perkembangan usaha tersebut misalnya hama dan penyakit ikan.

f. Pengelolaan sarana budidaya.

3. Pascabudidaya

Hal hal yang dilakukan setelah budidaya selesai :

a. Panen : Panen dilakukan dan disesuaikan dengan ukuran ikan yang dikehendaki atau permintaan pasar. Untuk mencapai ukuran 600-800 gram per ekor dibutuhkan waktu pemeliharaan selama 6-8 bulan dengan survival rate 80-90%. Panen dilakukan secara total di dalam satu kurungan, bisa juga dilakukan secara persial tergantung dari ukuran panen yang dikehendaki.

b. Pendistribusian

c. Hingga pembenihan kembali.

Daftar Pustaka :

Laporan Pelatihan Budidaya laut COREMAP tahap II Kabupaten Selayar.2006.Yayasan Mattirotasi.Benteng Sulawesi Selatan.

www.warintek.ristek.go.id/perikanan/Lain%20lain/juknis_ikan_laut.pdf



Disusun oleh :

Randy Kundiarto 230210070001

Zikri Sudradjat 230210070006

Najma Amir Fatah 230210070013

Ibnu Reza Faujan 230210070014

Ogys feryagi Salim 230210070037

Yoga Gumilar 230210070050

Minggu, 23 Mei 2010

Aquadopp® Current Profiler

DESKRIPSI

Aquadopp® Current Profiler adalah gerasi ketiga pengukur arus dari current profiler acoustic doppler current profiler (ADCP). Alat Aquadopp adalah sebuah produk dari nortexUSA. Berbagai macam produk nortexUSA yang mendukung akustik dopler meter dinamakan aquadopp, hal ini digunakan untuk profiler dan velocimeters. Aplikasinya yaitu oseanografi perairan dangkal (kedalaman <100m),>

Contoh dari produk nortexUSA untuk aquadopp antara lain :


Current Profilers
• Aquadopp Profiler
• Aquadopp HR-Profiler
• Continental Profiler


Current Meters
• Aquadopp current meter
• Aquadopp - 3000 m
• Aquadopp - 6000 m


Velocimeters
• Vector Field Velocimeter
• Vectrino Lab Velocimeter


Wave Systems
• Awac
• Nip


Vessel mounted current profilers


Fungsi dari aquadopp profiler adalah sebagi pengukur dari berbagai macam parameter dinamika laut, beberapa dari profiler dapat mengukur, arus, kemiringan, compass, tekanan dan temperature. selaian dari parameter diatas aquadopp profiler dapat mengukur arah gelombang perairan apabila di gunakan dengan seksama. Aquadopp profiler memiliki data akustik yang dapat diolah dengan software dari nortexUSA.

Fiture dari aquadopp profiler adalah sebagai berikut :
• Small blanking distances give you data close to the instrument
• Small cell sizes even in high flows
• Compass and tilt that automatically senses up or down orientation (use the profiler either way)
• Adjustable power output reduces battery consumption in shallow water
• All plastic and titanium parts, from 2.4 kg in air
• Flexible transducer design—order special heads at low additional cost
• Powerful AquaPro Win32® software for trouble free deployment planning, recording, data retrieval, and ASCII conversion
• Online data communication via radio modem
• Collect directional wave data at 1Hz or 2 Hz in between current profiles
• Inquire for deep water versions

Cara Penggunaan :
Cara penggunaan Aquadopp® Open water 3D Current Meter ini ada beberapa cara, berikut ini adalah cara menggunakannya:

1. Ditempelkan dipinggir kapal
Aquadopp bisa ditempelkan di pinggir kapal jika kita ingin sambil mengukur di beberapa titik dari waktu yang ditentukan namun harus dibarengi dengan penggunaan GPS untuk koordinat

2. Tenggelam di dasar perairan
Penggunaan Aquadopp pada umumnya diletakkan di suatu dasar yang terlebih dahulu diberi dudukan (tempat untuk alatnya). sebelum alat ini diletakkan terlebih dahulu kita harus mengaktifkan alatnya dengan memasang kabel penghubung yang menghubungkan ke komputer, di komputer kita men-setting berapa lama alat itu akan bekerja (tapi hati-hati karena batterai di dalam alat ini mempunyai waktu untuk alat ini menyala). Setelah di setting alat ini bisa digunakan, dan jika data yang kita ingin ambil tinggal di hubungkan kembali ke komputer.
Setelah penyetingan alat (di tempelkan atau di tenggalamkan di dasar perairan), lalu dilakukan pengambilan data dari Aquadopp tersebut yang nantinya akan diolah untuk kemudian.


Operasional Software


1. Starting Recorder Deployment

Sebelum Anda memulai men-deploy, sebaiknya mendefinisikan konfigurasi penempatan baru (perencanaan deploy) atau menggunakan konfigurasi yang tersimpan dari memori. Lalu klik Deployment > Start Recorder Deployment dan masukkan nama penyebaran pendek tidak lebih dari 6 karakter, yang akan digunakan untuk data internal file. Itu program yang memungkinkan Anda untuk mengatur jam internal profiler Aquadopp (lihat di bawah), dan kemudian memberikan review akhir tentang setup instrumen, tepat sebelum Anda mulai itu.
Kami mengingatkan Anda untuk memastikan bahwa tingkat baterai dan tersedia memori cocok setup penyebaran Anda.
Perangkat lunak ini menciptakan file log yang menggunakan nama penyebaran Anda dengan parameter setup. Anda harus menyimpan file ini dalam catatan Anda. Gunakan startup tertunda baik untuk memastikan profiler Aquadopp mulai pengumpulan data pada jam, atau untuk menghemat baterai untuk penyebaran yang dimulai waktu selanjutnya. Anda dapat memulai penyebaran Aquadopp profiler baik di awal ketika anda berencana untuk menginstal di situs, dan menggunakan startup tertunda untuk menghemat baterai profiler Aquadopp dan sumber daya rekaman untuk penyebaran yang nyata.


2. Setting the Instrument’s Real Time Clock

Perangkat lunak ini memungkinkan Anda untuk mengatur waktu Aquadopp profiler hari dan waktu startup tertunda ketika Anda mulai penyebaran (lihat di atas). Cara termudah untuk mengatur waktu Aquadopp Profiler adalah dengan menggunakan pengaturan waktu PC. Kami sarankan Anda untuk memastikan PC waktu diatur dengan benar sebelum Anda mulai penyebaran.
Sebuah alasan penting untuk mengatur waktu yang tepat mungkin untuk menyinkronkan sekelompok Aquadopps dengan satu sama lain atau dengan sensor lain. Jam real time dari profiler Aquadopp memiliki akurasi sekitar ± 20 detik per tahun yang jauh lebih baik daripada jam PC khas. Jika Anda ingin mengambil keuntungan dari jam profiler Aquadopp untuk menyimpan data dari beberapa instrumen disinkronkan, Anda mungkin ingin mengatur waktu PC dengan kartu GPS

3. Stopping Recorder Deployment

Sebelum Anda memberitahu profiler Aquadopp untuk berhenti mengumpulkan data, pastikan bahwa waktu komputer adalah akurat. Perangkat lunak akan membandingkan waktu komputer dengan
yang Aquadopp profiler waktu, dan Anda dapat menggunakan informasi ini untuk mengukur drift jam. Setelah Anda memulihkan Anda Aquadopp, gunakan perangkat lunak Aquadopp profiler untuk berhenti merekam. Setelah Anda menghubungkan profiler Aquadopp ke komputer Anda, klik Deployment > Stop Recorder Deployment atau klik ikon yang sesuai. Ketika program memberitahu Aquadopp untuk berhenti mengumpulkan data, menampilkan baik
Profiler Aquadopp waktu dan waktu komputer. Kami menyarankan Anda mencatat perbedaan, yang dapat digunakan untuk memperbaiki waktu yang tepat dari Aquadopp sampel-asumsi bahwa jam PC Anda benar.


SPESIFIKASI

Water velocity measurement





Acoustic frequency

Maximum profiling range*

Cell size

Minimum blanking

Maximum # cells

Velocity Range

Accuracy

Max. Sampling rate

Velocity uncertainty

0.4MHz

60–90m

2–8m

1m

0.6MHz

30–40m

1–4m

0.50m

1.0MHz

12–20m

0.3-4m

0.20m

2.0MHz

4–10m

0.1–2m

0.05m

128

±10m/s (call for extended range)

1% of measured value ±0.5cm/s

1Hz

Consult software program

*) The Aquadopp profiler measures the current profile in a user specified

number of cells from the instrument out to a maximum range

that depends on the acoustic scattering conditions. The lower range

should be expected with clear water and small cells and the higher

range with large cells and acoustically turbid water.


Echo intensity


Sampling

Resolution

Dynamic range

Same as velocity

0.45dB

90dB


Transducer





Frequency

Number of beams

Beam width

0.4MHz

3

3.7°

0.6MHz

3

3.0°

1.0MHz

3

3.4°

2.0MHz

3

1.7°

Standard sensors


Temperature

Range

Accuracy/resolution

Time response

Compass

Maximum tilt

Accuracy/resolution

Tilt

Accuracy/resolution

Up or down

Pressure

Range

Accuracy/resolution

Thermistor embedded

–4°C to 30°C

0.1°C/0.01°C

10 min

Flux gate with liquid tilt

30°

2°/0.1°

Liquid level

0.2°/0.1°

Automatic detect

Piezoresistive

0–100m (standard)

0.25%/0.005% of full scale

Analog inputs


Number of channels

Voltage supply

Voltage input

Resolution

2

Battery voltage. Hardware can be modified to provide 5V or 12V

0–5V

16 bit A/D

Serial data communication


I/O

Baud rate

RS232, RS422. Software supports most commercially available USB–RS232 converters

300–115200 (user setting)

Internal recording


Capacity

Data record

Mode

9MB, expandable to 33, 89, or 161MB

32 bytes + 9×Ncells

Stop when full (default) or wrap mode

Software “AquaPro”


Operating system

Functions

Windows®2000, Windows®XP

Deployment planning, data retrieval, ASCII conversion, online data collection, and graphical display

Power


DC Input

consumption at 1Hz

Sleep consumption

Transmit power

9–16VDC Max average

0.2–1.5W

0.0013W

0.3–20W, 4 adjustable levels

Internal batteries


Type/capacity

New battery voltage

Duration (10-minute avg.)

Duration (10-minute avg.)

18 AA Alkaline cells/50Wh

13.5VDC

80 days for 2MHz, 0.5m cells

50 days for 1MHz, 1.0m cells

Exact battery consumption and velocity uncertainty are complex

functions of the deployment configuration. Please consult the

AquaPro software for more exact predictions.

Materials


Standard

models

Delrin and polyurethane plastics with titanium screws Intermediate and deepwater

Titanium and Delrin plastics

Connectors


Bulkhead (Impulse)

Cable

MCBH-8-FS

PMCIL-8-MP on 10-m polyurethane cable

Environmental


Operating temperature

Storage temperature

Shock and vibration

Shallow water rating

–5°C to 35°C

–20°C to 45°C

IEC 721–3–2

300m

Dimensions


Weight in air

Length

Diameter

2.4kg/2.6kg (0.6MHz)/3.7kg (0.4MHz) with alkaline batteries

550mm

75mm

Options


Batteries

External batteries

Bulkhead connectors

Transducer head

Deep water systems

Communication

Lithium, Li-Io rechargeable

540Wh or 1200Wh

Titanium instead of bronze

Right angle head for 1 or 2MHz. Inquire for special configurations

Inquire for 2000- & 6000-m versions

Request special harness for RS422 Communication


Gambar - gambar aquadopp profiler :